SINTANG-batasjurnalis.com.
Bupati Sintang dr. H. Jarot Winarno, M. Med. PH membuka Seminar Nasional yang di laksanakan oleh Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Sintang ST. Agustinus, mengusung tema "Relevansi Pemindahan Ibu Kota Terhadap Kultur dan Filosofi Masyarakat Asli Kalimantan", di Aula Kampus STKIP Persada Khatulistiwa Sintang, Jl. Pertamina, Kelurahan Sengkuang, Kec. Sintang, Kamis (21/11/19) pagi. Seminar Nasional tersebut di hadiri mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi yang ada di Kab. Sintang.
Dalam sambutannya Bupati Sintang Jarot Winarno mengatakan Pemerintah Daerah sangat menyambut baik terselenggarannya seminar nasional terkait pemindahan Ibu Kota negara ini. Karena memang menurutnya, pemindahan Ibu Kota ini memang harus dipikirkan jauh-jauh hari terlebih terkait culture shock atau perubahan budaya, sehingga relevansi pemindahan Ibu Kota terhadap kultur dan filosofi masyarakat asli Kalimantan ini benar-benar di perhatikan.
"Jangan sampai pemindahan ibu kota ini merusak kultur dan filosopi masyarakat asli kalimantan, sesuai dengan tema yang di angkat, karena itu penting dan harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat, terlebih kita ini adalah pulau budaya" tegas Jarot.
Jarot pun menceritkan saat Istrinya enam tahun bertugas di daerah Kuching Malaysia, dimana di daerah tersebut dibagi dua bagian, sebelah kanan merupakan kawasan umum, bisnis dan lainnya, sementara setelah menyebrang jembatan putra jaya itu adalah kawasan melayu asli. Jadi selama enam tahun istrinya disana hanya boleh sewa rumah saja dan tidak boleh membeli properi di kawasan tersebut.
"Nah pengaturan-pengaturan seperti itu nanti sebelum ibu kota di bangun harus kita rumuskan dan dipersiapkan, mana daerah yang tidak boleh orang luar membeli propertinya, agar apa yang kita inginkan yakni pemindahan ibu kota itu tidak merusak Kultur dan Filosofi Masyarakat Asli setempat" jelas Jarot.
Selain itu juga, kata Jarot seperti di daerah Condet Jakarta yang menjadi daerah cagar budaya masyarakat Betawi, dimana jika ada pembangunan baik itu terkait perizinan, IMB dan lainnya jika tidak sesuai dengan budaya betawi tidak dikasi izin.
"Nah hal seperti itu juga harus kita utamakan pada pemindahan ibu kota nanti sebagai upaya untuk menjaga kultur dan filosopi masyarakat asli, masyarakat setempat agar tetap terjaga" terang Jarot.
Jarot pun berharap hal-hal tersebut menjadi pambahasan dalam seminar yang di laksanakan ini, terlebih yang hadir merupakan generasi masa depan daerah dan masa depan bangsa, sehinga dengan demikian mereka bisa mehamai betapa pentingnya menjaga kultur dan filosopi sebagai masyarakat asli atau setempat.
Ketua Presidium PMKRI Cabang Sintang ST. Agustinus, Helensia Yuliana Nuni mengatakan tujuan dari pada seminar nasional ini adalah untuk membicarakan wajah Indonesia di masa depan terutama terkait pemindahan Ibu Kota sehingga akan memberikan dampak yang baik bagi masyarakat asli, terutama bagi generasi muda terlebih yang hadir hampir 600 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Kab. Sintang dan PMKRI dari Pontianak merupakan generasi-generasi muda bangsa.
"Pemindahan ibu kota bukan hanya sekedar pemindahan saja, tapi harus memberikan efek yang baik dan menjaga kearifan masyarakat lokal, dan kita sebagai generasi muda juga harus memberikan dampak baiknya untuk pemindahan ibu kota, ibarat sebuah pohon yang kokoh itu memerlukan akar-akar yang kuat dan sehat. Dimana kita harus menjadi manusia-manusia yang produktif kedepannya"ungkap Helensia.
Humas Pemkab. Sintang
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »

