HEADLINE NEWS


Kategori

JAROT MENJADI PEMATERI SEMINAR NASIONAL TENTANG KEHUTANAN DI KABUPATEN SINTANG

batasjurnalis.com-Sintang
Secara umum Seminar dapat diartikan sebuah pertemuan teknis dan akademis bertujuan memberikan pembelajaran secara menyeluruh terhadap topik tertentu dengan jalan pemecahan masalah secara berinteraksi tanya jawab dengan peserta.

dr. H. Jarot Winarno, M. Med. PH memberikan materi dan sekaligus membuka acara Seminar Nasional Kehutanan tahun 2020 di Kabupaten Sintang dengan tema "Pengelolaan Hutan Lestari Berbasis Industrialisasi 4.0", sebagai inisiator Fakultas Pertanian, Universitas Kapuas Sintang, bertempat di Aula Pendopo Bupati Sintang, Rabu (12/2/2020). Seminar bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan teknis seseorang, menyatukan kelompok-kelompok kecil dalam melakukan pertemuan dengan berfokus pada topik tertentu serta untuk menyampaikan sebuah gagasan kepada seseorang atau kelompok.

Seminar Nasional Kehutanan dihadiri oleh Kepala LLDikti Wilayah XI Kalimantan Prof. Dr. Ir. H. Udiansyah, M. S, Kepala Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum Ir. Arief Mahmud, M. Si, Guru Besar Fahutan Untan Pontianak Prof. Dr. Ir. H. Abdurrani Muin, M. S, Kepala Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya Agung Nugroho, S.Si, MA, Dirjen Planologi Kahutanan dan Tata Lingkungan (PKTL) - KLHK Prof. Dr. Ir. Sigit Hardwinarto, M. Agr, Sekditjen PKTL -KLHK Ir. Kustanta Budi Prihatno, M. Eng dan Rektor Unka Sintang Dr. Antonius, S. Hut. M. P, dan para undangan lainnya.

Dalam sambutannya pada seminar tersebut Bupati Sintang menyampaikan bahwa berdasarkan SK Menhut 733, Kabupaten Sintang dengantotal luasnya 2,1 juta ha. Kawasan hutannya adalah 1,2 juta hektar, terakhir di hitung oleh WWF, berdasarkan nilai koservasi tinggi (NKT) 1 sampai NKT 6 dimana final dari hitungan WWF tersebut yang juga sedang Pemkab pelajari, dari 1,2 juta ha kawasan hutan sekarang hanya tersisa sekitar 970 ribu ha. Kemudian dalam kontek menjaga hutan seperti tema yang diangkat, bahwa efisien dan produktif saja tidak akan bisa memenangkan kompetisi. Dengan distruksi teknologi kita mendekat kepada revolusi industri 4.0 selain efisien dan produktif ditambah dengan tiga hal untuk memenangkan kompetisi yaitu Inovasi, Kreatifitas dan Jiwa Entrepreneurship. Kita tidak akan mampu menjaga hutan kalau kita tidak dapat memberikan solusi kepada masyarakat tentang non timber produk.

“adanya ilegal logging, belum adanya konformitas antara adat lokal dengan konsep kita soal hutan, dengan adanya 41 desa yang masih di dalam kawasan hutan, Alhamdulillah itu kita masih bisa mempertahankan 900 lebih kawasan hutan forest cover yang masih berhutan, ini terbagi dua, 870 ribu ha dalam kawasan hutan kemudian sisanya kurang lebih 61 ribu ha di luar kawasan hutan tetapi masih berhutan”, terang Jarot. Kemudian dibagi menjadi kedalam NKT kelola dan NKT non kelola yakni taman nasional, hutan lindung dan sebagainya yang area koservasi tinggi tapi tidak bisa di kelola. “kira-kira potret hutan yang ada di sintang, ini masih mengembirakan buat kita. Program atau kebijakan yang paling mengembirakan adalah melalui Kalfor Project, teman-teman yang ingin menjaga kawasan hutan di luar kawasan hutan jadi hutan di APL dibantu untuk pemberdayaan dan sebagainya. “kemarin di Desa Ensaid Panjang ada tiga cluster atau kelompok hutan di luar kawasan hutan yang sudah di jaga oleh masyarakat dan sudah kita terbitkan SK sebagai Kawasan Ekobudaya, tetapi masyarakat masih meminta dua lagi kawasan hutan, ini merupakan keinginan yang luar biasa.

Seperti halnya juga di Desa Sepulut meminta ada 14 hektar hutan di APL supaya tetap jadi hutan, langsung kita terbitkan SK untuk menjadi hutan desa dan di Desa Merpak tawang selubang itu 14 hektar juga sudah di SK kan sebagai hutan desa. Kemudian teman-teman dari aliansi masyarakat adat menyampaikan, ada kawasan hutan adat yang sedang kita proses. “semua itu merupakan upaya konkrit kita di tingkat tapak untuk menjaga sisa hutan di luar kawasan hutan semuanya kita suport sepenuhnya”, ungkap Jarot. Dalam kesempatan yang sama Dekan Fakultas Pertanian Unka Sintang Syarif Nizar Kartana mengatakan dengan adanya seminar ini di harapkan dapat memberikan pemahaman kepada seluruh stakeholder terkait, bagaimana mengelola hutan lestari berbasis industrialiasasi 4.0 tanpa meninggalkan kearifan lokal masyarakat Kabupapaten Sintang. “karena terkadang dalam pengelolaan sering terjadi benturan antara 2 (dua) hal tersebut. Untuk itu melalui penyampaian oleh para narasumber/pemateri memberi kita wawasan baru dalam mengelola hutan di Kabupaten Sintang kedepannya, ujar Nizar. (Redaksi-MT).

Previous
« Prev Post

Contact Form

Name

Email *

Message *